Waktu saya kecil, saya pernah mendengar suatu cerita lucu. Namun
dibalik kelucuannya ada hikmah yang bisa kita ambil pelajarannya. Waktu
mendengarkan cerita ini, kami tertawa, karena lucunya. Tapi sekarang
saya berpikir, jangan-jangan, selama ini saya sering ditertawakan orang
lain seperti saya menertawakan tokoh yang ada dalam cerita ini.
Bagaimana dengan Anda? Mungkin orang lain pun suka menertawakan Anda.
Ada seorang bapak dari kampung. Bapak ini tidak bisa membaca, tetapi
dia tertarik dengan mendengarkan radio seperti tetangganya. Belum ada TV
karena belum ada listrik, sehingga radio menjadi primadona karena bisa
dijalankan dengan baterai. Bapak itu pun memutuskan untuk pergi ke kota
untuk membeli sebuah radio. Dia bertanya kepada tetangganya, dimana
membeli radio dan radio yang seperti apa yang bagus.
Dia mendapatkan info tempat membeli radio dan cara memilih radio yang
bagus. Kata tetangganya, radio yang bagus adalah radio Sony. Dengan
berbekal uang Rp 500.000 dan ongkos perjalanan, dia pun pergi ke kota
untuk membeli sebuah radio. Setelah berjalan, naik ojek, naik angkutan
pedesaan, dan angkotan kota sambil tanya sana sini, akhirnya dia sampai
juga di tempat yang menjual barang elektronik, tentu saja salah satunya
radio.
Sesampainya di toko tersebut, bapak ini langsung bertanya kepada pelayan toko,
“Ada radio Sony mbak?”
Dengan ramahnya pelayan menjawab,
“Tentu saja ada. Silahkan pilih ada berbagai model.” sambil menunjukan rak yang berisi khusus radio bermerk Sony.
Ternyata si bapak bingung mau memilih mana karena semua radio tampaknya bagus.
“Bapak mau yang mana?” tanya si pelayan.
“Saya bingung.” kata si bapak sambil terus memperhatikan sederetan radio.
“Oh, bapak mau membeli radio yang harga berapa?” tanya si pelayan tetap ramah.
“Saya punya uang Rp 500.000″. jawab si bapak.
“Oh begitu, mungkin bapak cocok dengan radio ini. Harga Rp500.000 kurang.”
“Ya sudah, saya beli yang itu. Betulkan ini radio Sony?”
“Betul pak, ini Radio Sony.”
Setelah transaksi selesai, si bapak pun pulang ke kampung dengan
senangnya. Tetapi keesokan harinya si bapak kembali lagi ke toko
tersebut sambil marah-marah…
“Katanya ini Radio Sony, ternyata bukan. Kalian mau menipu saya?” katanya dengan keras sambil menunjukan radionya.
Para pelayan takut, karena tampilan si bapak kayak seorang pendekar
dengan baju silatnya. Akhirnya pemilik toko tersebut menghampiri bapak
tersebut.
“Ada yang bisa saya bantu pak.”
“Pelayan kamu menipu saya, katanya ini radio Sony, ternyata bukan!”
Pemilik toko bingung, sebab dia tahu kalau radio itu memang bermerk Sony.
“Betul pak, ini radio Sony.” kata pemilik toko berusaha menjelaskan.
“Bukan! Saat saya nyalakan radio, radio ini berbunyi: ‘Inilah radio
Republik Indonesia.’ Kalian menipu saya, sebab ini bukan radio Sony,
tetapi radio republik Indonesia!”
Bagaimana kelanjutan kisah ini? Silahkan lanjutkan sendiri.
Belajarlah terus, karena bisa saja ilmu yang kita miliki sudah
kadaluarsa atau bahkan salah. Kita terus meyakini apa yang kita tahu
sehingga semua perilaku kita didasari oleh keyakinan tersebut. Mungkin
benar menurut kita, karena sebatas itulah ilmu kita. Tetapi belum tentu
menurut orang lain. Bisa saja, saat kita berdebat dan merasa pintar,
padahal di belakang kita, lawan debat kita malah menertawakan kita.
Belajarlah sampai akhir hayat.
Title : Belajar dari Cara Membeli Radio
Description : Waktu saya kecil, saya pernah mendengar suatu cerita lucu. Namun dibalik kelucuannya ada hikmah yang bisa kita ambil pelajarannya. Waktu ...
Description : Waktu saya kecil, saya pernah mendengar suatu cerita lucu. Namun dibalik kelucuannya ada hikmah yang bisa kita ambil pelajarannya. Waktu ...
0 Response to "Belajar dari Cara Membeli Radio"
Posting Komentar